a.
Judul Praktikum :
Membuat Larutan Standar
b.
Tanggal Praktikum :
27 April 2013
c. Tujuan Praktikum : Untuk membuat larutan standar dengan
konsentrasi normalitas.
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul Membuat Larutan Standar, dengan tujuan
untuk membuat larutan standar dengan konsentrasi Normalitas. Pembuatan larutan
standar pada larutan Asam Klorida (HCl), Kalium Iodida (KI), dan Timbal Nitrat (Pb(NO)) menggunakan konsentrasi X Normalitas untuk menghitung zat murninya terlebih
dahulu sebelum dilakukan pengenceran. Sehingga
pada KI 0,2 N 0,05 Liter dengan
persentase kemurnian 99,5 % diperoleh
1,668 gram KI, pada Pb(NO) 0,2 N 0,05 Liter dengan persentase kemurnian 99,5 %
diperoleh 1,664 gram Pb(NO), dan pada larutan HCl 0,1 N 50 mL dengan persentase
kemurnian 37 % diperoleh 0,44 mL larutan HCl. Dari hasil percobaan dapat
disimpulkan bahwa untuk larutan KI 0,2 N dibutuhkan 1,668 gram dalam larutan 50
mL aquades, untuk larutan Pb(NO) 0,2 N dibutuhkan 1,664
gram dalam 50 mL aquades, dan untuk larutan HCl 0,1 N dengan persentase
kemurnian 37 % dan volume 50 mL dibutuhkan dalam 0,44 mL aquades.
Kata Kunci : Larutan, Konsentrasi Normalitas, Pengenceran Larutan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika mempelajari ilmu kimia, dikenal adanya larutan. Larutan pada
dasarnya adalah fase yang homogen mengandung lebih dari satu komponen. Komponen
yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah kecil
disebut zat terlarut atau solute.
Penerapan titrasi di dunia industri ada banyak sekali. Contohnya saja
dalam penetapan kadar vitamin C dalam tablet vitamin C dan penetapan kadar asam
dalam asam cuka, serta penentuan asam oksalat menggunakan permanganate. Karena itu, praktikan tentunya harus tahu dan
memahami bagaimana cara menghitung konsentrasi larutan dan pengenceran larutan.
Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat membahayakan
diri praktikan. Dengan begitu, praktikan tidak hanya pintar dalam teori, tetapi
juga dalam praktik dan penerapannya. Sehingga nantinya praktikan dapat mengolah
bahan-bahan yang memiliki konsentrasi tinggi dan menguntungkan perusahaan,
sehingga dapat meminimalisasi pengeluaran perusahaan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk membuat larutan standar
dengan menggunakan konsentrasi Normalitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Larutan
Campuran
zat-zat yang homogeny disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau
serba sama di seluruh volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut
atau lebih dari satu pelarut.
Larutan
terbagi menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah larutan baku dan larutan
baku primer. Larutan baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan
tepat dan dapat dibuat melalui dua cara. Cara kedua masing-masing tergantung
dari penggunaan bahan baku. Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat
dipergunakan untuk membuat larutan baku (primary standary solution).
Larutan baku
primer berfungsi untuk melakukan pembakuan atau untuk memastikan konsentrasi
larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang ketetapan atau kepastian
konsentrasinya sukar diperoleh melalui pembuatannya secara langsung.
Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :
a.
Molaritas
(M)
Molaritas
adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumus molaritas adalah
:
M = Mol zat
terlarut
Liter larutan
Contoh : Berapakah molaritas 0,4 gram NaOH (Mr =
40) dalam 250 mL larutan?
Jawab : M = (0,4/40) mol = 0,4 M
0,25 L
b. Molalitas (m)
Molalitas
adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Rumus molalitas adalah
:
M =
mol terlarut x 1000
Gram
pelarut
Contoh : Berapa molalitas 4
gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air?
Jawab : molalitas NaOH = (4/40)/500
gr air
= (0,1 x 2 mol)/1000 gr air
= 0,2 m
c. Persen Massa/Berat (% m/m atau
% w/w)
Persen berat
menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Contoh : larutan gula 5%,
berarti dalam 100 gram larutan gula terdapat :
(5/100) x 100 gram gula = 5 gram gula
(100 - 5) gram air = 95 gram air
d. Persen volume (% V/V)
Persen
volume menyatakan jumlah larutan zat dalam liter dalam 100 liter larutan, misal
: Alkohol 76 % berarti dalam 100 liter larutan Alkohol terdapat 76 liter
Alkohol murni.
e. Fraksi Mol (x)
Fraksi mol
adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen dengan jumlah total
seluruh komponen dalam satu larutan. Fraksi mol total selalu total. Konsentrasi ini tidak mempunyai satuan
karena merupakan perbandingan.
Dengan rumus :
X (terlarut) = n (terlarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
X (pelarut) = n (pelarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
Dalam fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.
f. Normalitas (N)
Normalitas
merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan. Terdapat hubungan
antara normalitas dengan molaritas yaitu :
N = M x valensi N
= gram ekivalen zat
Cm3
larutan/liter
Analisa Volumetri
Mengukur
volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan menimbang berat suatu zat
dengan suatu metode Gravimetri. Akurasinya sama dengan metode Gravimetri,
analisa Volumetri juga dikenal sebagai Titrimetri, dimana zat yang akan
dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan
dialirkan dalam buret dan dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak
diketahui (analit) kemudian dihitung, maka syaratnya adalah reaki harus
berlangsung secara tepat, reaksi berlangsung secara kuantitaif dan tidak ada
reaksi samping.
Indikator Methyl Orange (MO)
Metil
orange (Methyl Orange) adalah senyawa organik dengan rumus ”CHNNaOS” dan biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi
asam-basa. Indikator MO ini berubah warna dari merahpada pH diatas
4,4 jadi warna transisinya adalah sebagai berikut :
Indikator metil orange (MO)
merupakan indikator asam basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan warna
jingga dalam suasana basa, dengan trayek pH 3,1 – 4,4. penggunaan Metil Orange
(MO) dalam titrasi.
(Mulyono
HAM, Bumi Aksara, 2006)
Asam Klorida (HCl)
Asam
klorida adalah larutan akuatik dari gas Hidrogen Klorida (HCl). Asam kuat
merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara
luas dalam industri. Asam klorida (HCl) harus ditangani dengan keselamatan yang
tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif.
Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik yang berarti
dalam berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan
asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion
Hidronium (H3O+).
HCl + H2O
à H3O+ + Cl-
Asam klorida merupakan (HCl) merupakan asam kuat karena
berdisosiasi penuh dengan air.
( S. M. Khopar, Konsep
Dasar Kimia Analitik, jakarta, 2006)
Kalium Iodida (KI)
Kalium Iodida merupakan larutan Kalium Yodium. Kalium
Iodida ini biasanya digunakan dalam fotografi.
Timbal Nitrat atau Pb(NO3)2
Pb (NO3)2
+ H2O à PbO- + H2(NO3)2
Persamaan ini menunjukkan bahwa Pb(NO)3 atau Timbal Nitrat
terlarut dalam air.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat – alat
1.
Neraca
Digital : digunakan untuk
menimbang bahan yang akan digunakan.
2.
Labu
ukur 100 mL : digunakan untuk
mencampur bahan kimia
3.
Kaca
arloji : digunakan untuk menimbang
bahan-bahan kimia
4. Spatula
: digunakan
untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam bentuk padatan.
3.1.2
Bahan –
bahan
1.
Zat
murni yang sudah diketahui kemurniannya, yaitu KI, Pb(NO3)2,
dan HCl.
2.
Aquadest
3.2 Cara Kerja
- Dihitung zat murni (dalam satuan gram) yang akan dibuat larutan standar dengan konsentrasi x Normalitas.
- Dimasukkan zat murni (dalam satuan gram) yang telah ditimbang ke dalam labu ukur.
- Ditambahkan aquades ke dalam labu ukur sampai volume tepat (garis batas).
- Dicampurkan larutan sampai tercampur sempurna.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil
1. Untuk larutan Kalium Iodida (KI) 0,2 N
dibutuhkan 1,668 gram dalam larutan 50 mL aquades.
2. Untuk larutan Timbal Nitrat atau Pb(NO3)2
0,2 N dibutuhkan 1,664 gram dan 50 mL aquades.
3. Untuk larutan Asam Klorida (HCl) 0,1 N
dengan persentase kemurnian 37% dan volume 50 mL, dibutuhkan dalam 0,44 mL
aquades.
5.2
Pembahasan
Massa jenis adalah pengukuran
massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka
semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis berfungsi untuk
menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda.
Pada padatan tidak menggunakan
massa jenis, sedangkan pada cairan memerlukan massa jenis, yaitu dengan rumus :
ρ = m/v
Percobaan pembuatan larutan
standar ini sangat berperan penting dalam proses analisa volumetrik yang merupakan
analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan
larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan
reaksi zat yang dianalisis berlangsung secara kuantitatif. Maka dari itu, sebelum kita membuat larutan
standar, terlebih dahulu kita menghitung massa zat (gram) dengan menggunakan
konsentrasi X normalitas.
Zat murni
(gram) = X Normalitas x BM
Seperti pada praktikum yang
telah kami lakukan, terlebih dahulu menghitung zat murni larutan Kalium Iodida
(KI), larutan Pb(NO3)2, dan larutan asam Klorida (HCl),
sebelum membuat larutan standarnya.
1.
Larutan Kalium Iodida (KI), dimana diketahui
normalitasnya 0,2 N, persentase kemurniannya 99,5%, serta volumenya 0,05 liter.
Nah, terlebih dahulu kita menghitung zat kemurniannya (gram) agar kita mudah
untuk membuat larutan standarnya (karena Kalium Iodida merupakan padatan). Cara
menghitung zat murninya (gram), yaitu :
BM
KI = Ar K + Ar I = 166,01
KI
(gram) = 0,2 N x 166,01 x 100% x
0,05 L = 1,668 gram
1 x 99,5%
2.
Karena
Pb(NO3)2 juga merupakan padatan, maka kita harus
menghitung zat murninya (gram), sebelum membuat larutannya. Dimana telah
diketahui normalitas 0,2 N, persentase kemurnian 99,5% dan volumenya 0,05
Liter. Maka rumus yang digunakan sama seperti diatas yaitu dengan konsentrasi x
normalitas.
BM Pb(NO3)2 = Ar Pb + 2Ar N
+ 2Ar O = 331,21
Pb(NO3)2 (gram) = 0,2 N x 331,21 x 100% x 0,05 L = 1,664 gram
2 x 99,5%
3. Larutan HCl, berhubung karena HCl merupakan
cairan, dan kita diminta untuk mengubahnya ke dalam gram dengan menggunakan
larutan HCl dihitung dengan konsentrasi X Normalitas. Seperti pada percobaan,
diketahui 0,1 N, persentase kemurnian 37%, dan volumenya 50 mL karena HCl
merupakan cairan, jadi kita menggunakan mL bukan liter.
BM HCl =
Ar H + Ar Cl = 36
HCl (gram)
= 0,1 N x 1,19 x 100% x 50
mL = 0,44 mL
36 x 1 x 37%
Ketiga larutan diatas hanya merupakan
beberapa contoh dan itu merupakan percobaan yang telah kami uji.
Setelah
kita memperoleh zat murninya (gram) maka barulah kita boleh membuat larutan
standarnya. Yaitu dengan memasukkan HCl, Kalium Iodida (KI) dan Pb(NO3)2
yang telah ditimbang sesuai dengan yang kita hitung tadi ke dalam labu ukur.
Kemudian menambahkan aquadest ke dalam labu ukur sampai pada volume tepat
(garis tepat). Lalu larutan tersebut dikocok hingga tercampur sempurna. Maka
terbentuk suatu larutan standar.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh yaitu :
1. Untuk membuat larutan standar,maka
terlebih dahulu kita menghitung zat murninya, misalnya dengan menggunakan
konsentrasi x normalitas.
2. Berhubung karena Kalium Iodida dan Pb(NO3)2 pada percobaan ini berbentuk padatan maka volume
air yang digunakan dalam rumus konsentrasi x normalitas ialah 0,05 L, dengan
rumusnya :
zat murni (gram) = X normalitas x BM
x 100 % x volume
valensi x puerity
3. Sedangkan larutan HCl menggunakan rumus
Normalitas dan massa jenis, serta membutuhkan 50 mL. Dengan rumus :
zat murni = normalitas x ρ x 100 % x volume
BM x Valensi x Puerity
4. Untuk membuat larutan standar KI 0,2 N
dengan kemurnian 99,5% dan volume 50 mL dibutuhkan 1,668 gram padatan KI di
dalam aquades.
5. Untuk membuat larutan standar Pb(NO3)2
dengan normalitas 0,2 N dan kemurnian 99,5% serta volume 50 mL maka dibutuhkan
1,664 gram padatan Pb(NO3)2 di dalam aquades.
6. Untuk membuat larutan standar HCl 0,1 N
dengan volume 50 mL, dan kemurnian 37% dibutuhkan 0,44 mL di dalam aquades.
DAFTAR PUSTAKA
Hiskia Achmad, Kimia larutan, Bandung : PT. Citra
Aditia Bakti, 1996.
Mulyono HAM, Membuat Reagen Kimia, Jakarta : Bumi
Aksara, 2006.
Ratna, dkk.2013.Konsentrasi Larutan.
S.M. Kophar. Konsep Dasar Kimia Analitik,
Jakarta-UI-press,2008
LAMPIRAN II
PERHITUNGAN
Membuat
larutan standar KI, Pb(NO3)2,
dan HCl.
1.
KI
Konsentrasi
0,2 N
Persentase
kemurnian = 99,5 %
Volume
= 0,05 L
BM KI = Ar K +
Ar I = 166,01
KI
(gram) = 0,2 N x 166,01 x 100% x
0,05 L = 1,668 gram
1 x 99,5%
2.
Pb(NO)
Konsentrasi
0,2 N
Persentase
kemurnian = 99,5 %
Volume
= 0,05 L
BM Pb(NO3)2
= Ar Pb + 2Ar N + 2Ar O = 331,21
Pb(NO3)2 (gram) = 0,2 N x 331,21 x 100% x 0,05 L = 1,664 gram
2 x 99,5%
3. HCl
Konsentrasi
0,1 N
Persentase
kemurnian = 37 %
Volume
= 50 mL
BM HCl =
Ar H + Ar Cl = 36
HCl (gram)
= 0,1 N x 1,19 x 100% x 50
mL = 0,44 mL
36 x 1 x 37%
LAMPIRAN III
JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN
1.
Buat perhitungan larutan standar dengan konsentrasi
Molaritas dan molalitas !
Penyelesaian :
1.
Dik : KI ; m =
1,668 gram
Mr = 166,01
V = 50 mL
Pb(NO3)2
; m = 1,664 gram
Mr = 331,21
V = 50 mL
Dit
: M dan m = …?
a.
M KI = m/Mr x 1000/v
= 1,668/166,01 x
1000/50
= 0,2 M
m KI = mol terlarut x 1000/gram pelarut = 0,2
mol
b.
M Pb(NO3)2
= m/Mr x 1000/v
= 1,664/331,21 x
1000/50
= 0,1 M
m Pb(NO3)2 = mol terlarut x
1000/gram pelarut = 0,1 m
- Sebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan !
Penyelesaian : Faktor –
faktor yang mempengaruhi kelarutan, yaitu :
a.
Sifat dari solute dan solvent
Solute
yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misal : garam – garam
anorganik larut dalam air. Solute yang non-polar larut dalam solvent yang
non-polar pula. Misal : alkaloid basa larut dalam kloroform.
b.
Cosolvensi
Adalah
peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain
atau modifikasi pelarut. Misal : luminal tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam campuran air dan gliserin atau solution petit.
c.
Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut,
sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut.
d.
Temperatur
Zat pada umumnya bertambah larut apabila suhunya
dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan endoterm, karena proses kelarutannya
membutuhkan panas. Beberapa zat lain justru kenaikan temperatur menyebabkan
tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena menghasilkan
panas.
e.
Salting Out
Adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar daripada zat utama, akan menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama atau terbentuk endapan.
f.
Salting In
Adanya
zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent
menjadi lebih besar.
g.
Pembentukan Kompleks
Adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak
larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
LAMPIRAN IV
Gambar Alat – alat
Gambar
dan Nama Alat
|
|
Labu ukur
|
.
Spatula
|
Kaca Arloji
|
Neraca Digital
|
|
BAGUSSSSSSS
BalasHapusaku marga sitohang juuga
salam kenal ito