Jumat, 26 Juli 2013

Laporan Praktikum Membuat Larutan Standar



a.       Judul Praktikum       :  Membuat Larutan Standar
b.      Tanggal Praktikum   :  27 April 2013
c.   Tujuan Praktikum     : Untuk membuat larutan standar dengan konsentrasi  normalitas.





ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul Membuat Larutan Standar, dengan tujuan untuk membuat larutan standar dengan konsentrasi Normalitas. Pembuatan larutan standar pada larutan Asam Klorida (HCl), Kalium Iodida (KI), dan Timbal Nitrat (Pb(NO)) menggunakan konsentrasi X Normalitas untuk menghitung zat murninya terlebih dahulu sebelum dilakukan pengenceran.  Sehingga pada KI 0,2 N  0,05 Liter dengan persentase kemurnian 99,5 %  diperoleh 1,668 gram KI, pada Pb(NO) 0,2 N  0,05 Liter dengan persentase kemurnian 99,5 % diperoleh 1,664 gram Pb(NO), dan pada larutan HCl 0,1 N 50 mL dengan persentase kemurnian 37 % diperoleh 0,44 mL larutan HCl. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa untuk larutan KI 0,2 N dibutuhkan 1,668 gram dalam larutan 50 mL aquades, untuk larutan Pb(NO) 0,2 N dibutuhkan 1,664 gram dalam 50 mL aquades, dan untuk larutan HCl 0,1 N dengan persentase kemurnian 37 % dan volume 50 mL dibutuhkan dalam 0,44 mL aquades.
Kata Kunci : Larutan, Konsentrasi Normalitas, Pengenceran Larutan





BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Ketika mempelajari ilmu kimia, dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah kecil disebut zat terlarut atau solute.
Penerapan titrasi di dunia industri ada banyak sekali. Contohnya saja dalam penetapan kadar vitamin C dalam tablet vitamin C dan penetapan kadar asam dalam asam cuka, serta penentuan asam oksalat menggunakan permanganate. Karena itu, praktikan tentunya harus tahu dan memahami bagaimana cara menghitung konsentrasi larutan dan pengenceran larutan.
Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat membahayakan diri praktikan. Dengan begitu, praktikan tidak hanya pintar dalam teori, tetapi juga dalam praktik dan penerapannya. Sehingga nantinya praktikan dapat mengolah bahan-bahan yang memiliki konsentrasi tinggi dan menguntungkan perusahaan, sehingga dapat meminimalisasi pengeluaran perusahaan.


1.2      Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk membuat larutan standar dengan menggunakan konsentrasi Normalitas.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Larutan

Campuran zat-zat yang homogeny disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut.
Larutan terbagi menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah larutan baku dan larutan baku primer. Larutan baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat dan dapat dibuat melalui dua cara. Cara kedua masing-masing tergantung dari penggunaan bahan baku. Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk membuat larutan baku (primary standary solution).
Larutan baku primer berfungsi untuk melakukan pembakuan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang ketetapan atau kepastian konsentrasinya sukar diperoleh melalui pembuatannya secara langsung.
Konsentrasi  dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :

a.         Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumus molaritas adalah :
                       M = Mol zat terlarut
                            Liter larutan

Contoh : Berapakah molaritas 0,4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 250 mL larutan?
Jawab : M = (0,4/40) mol    = 0,4 M
                    0,25 L

b.      Molalitas (m)
Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Rumus molalitas adalah :
                                   M = mol terlarut x       1000
                                                                  Gram pelarut

Contoh : Berapa molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air?
Jawab : molalitas NaOH = (4/40)/500 gr air
                                        = (0,1 x 2 mol)/1000 gr air            
    = 0,2 m

c.       Persen Massa/Berat (% m/m atau % w/w)
Persen berat menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Contoh : larutan gula 5%, berarti dalam 100 gram larutan gula terdapat :
                       (5/100) x 100 gram gula = 5 gram gula
                       (100 - 5) gram air = 95 gram air

d.      Persen volume (% V/V)
Persen volume menyatakan jumlah larutan zat dalam liter dalam 100 liter larutan, misal : Alkohol 76 % berarti dalam 100 liter larutan Alkohol terdapat 76 liter Alkohol murni.

e.       Fraksi Mol (x)
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen dengan jumlah total seluruh komponen dalam satu larutan. Fraksi mol total selalu total. Konsentrasi ini tidak mempunyai satuan karena merupakan perbandingan.
Dengan rumus :
           X (terlarut) =             n (terlarut)
                                   n (terlarut) + n (pelarut)

           X (pelarut) =               n (pelarut)
                                   n (terlarut) + n (pelarut)
Dalam fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.

f.       Normalitas (N)
Normalitas merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan. Terdapat hubungan antara normalitas dengan molaritas yaitu :

N = M x valensi                                 N =       gram ekivalen zat
                                                                       Cm3 larutan/liter

Analisa Volumetri
Mengukur volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan menimbang berat suatu zat dengan suatu metode Gravimetri. Akurasinya sama dengan metode Gravimetri, analisa Volumetri juga dikenal sebagai Titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dalam buret dan dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung, maka syaratnya adalah reaki harus berlangsung secara tepat, reaksi berlangsung secara kuantitaif dan tidak ada reaksi samping.

Indikator Methyl Orange (MO)
Metil orange (Methyl Orange) adalah senyawa organik dengan rumus ”CHNNaOS” dan biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi asam-basa. Indikator MO ini berubah warna dari merahpada pH diatas 4,4 jadi warna transisinya adalah sebagai berikut :
Indikator metil orange (MO) merupakan indikator asam basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan warna jingga dalam suasana basa, dengan trayek pH 3,1 – 4,4. penggunaan Metil Orange (MO) dalam titrasi.
                                                           (Mulyono HAM, Bumi Aksara, 2006)

Asam Klorida (HCl)
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas Hidrogen Klorida (HCl). Asam kuat merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida (HCl) harus ditangani dengan keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif.
           Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik yang berarti dalam berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion Hidronium (H3O+).
HCl + H2O à H3O+ + Cl-
          
           Asam klorida merupakan (HCl) merupakan asam kuat karena berdisosiasi penuh dengan air.
                       ( S. M. Khopar, Konsep Dasar Kimia Analitik, jakarta, 2006)

Kalium Iodida (KI)
           Kalium Iodida merupakan larutan Kalium Yodium. Kalium Iodida ini biasanya digunakan dalam fotografi.

Timbal Nitrat atau Pb(NO3)2
Pb (NO3)2 + H2O à PbO- + H2(NO3)2
               Persamaan ini menunjukkan bahwa Pb(NO)3 atau Timbal Nitrat terlarut dalam air.









BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM


3.1      Alat dan Bahan

3.1.1        Alat – alat

1.                                                                              Neraca Digital             : digunakan untuk menimbang bahan yang akan   digunakan.
2.                                                                              Labu ukur 100 mL      : digunakan untuk mencampur bahan kimia
3.                                                                              Kaca arloji       : digunakan untuk menimbang bahan-bahan kimia
4.      Spatula                        : digunakan untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam                                             bentuk padatan.

3.1.2        Bahan – bahan

1.            Zat murni yang sudah diketahui kemurniannya, yaitu KI, Pb(NO3)2, dan HCl.
2.            Aquadest

3.2      Cara Kerja

  1. Dihitung zat murni (dalam satuan gram) yang akan dibuat larutan standar dengan konsentrasi x Normalitas.
  2. Dimasukkan zat murni (dalam satuan gram) yang telah ditimbang ke dalam labu ukur.
  3. Ditambahkan aquades ke dalam labu ukur sampai volume tepat (garis batas).
  4. Dicampurkan larutan sampai tercampur sempurna.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1   Hasil

1.      Untuk larutan Kalium Iodida (KI) 0,2 N dibutuhkan 1,668 gram dalam larutan 50 mL aquades.
2.      Untuk larutan Timbal Nitrat atau Pb(NO3)2 0,2 N dibutuhkan 1,664 gram dan 50 mL aquades.
3.      Untuk larutan Asam Klorida (HCl) 0,1 N dengan persentase kemurnian 37% dan volume 50 mL, dibutuhkan dalam 0,44 mL aquades.


5.2        Pembahasan

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda.
Pada padatan tidak menggunakan massa jenis, sedangkan pada cairan memerlukan massa jenis, yaitu dengan rumus :
                        ρ = m/v
Percobaan pembuatan larutan standar ini sangat berperan penting dalam proses analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi zat yang dianalisis berlangsung secara kuantitatif. Maka dari itu, sebelum kita membuat larutan standar, terlebih dahulu kita menghitung massa zat (gram) dengan menggunakan konsentrasi X normalitas.
Zat murni (gram) = X Normalitas x BM
Seperti pada praktikum yang telah kami lakukan, terlebih dahulu menghitung zat murni larutan Kalium Iodida (KI), larutan Pb(NO3)2, dan larutan asam Klorida (HCl), sebelum membuat larutan standarnya.
1.          Larutan Kalium Iodida (KI), dimana diketahui normalitasnya 0,2 N, persentase kemurniannya 99,5%, serta volumenya 0,05 liter. Nah, terlebih dahulu kita menghitung zat kemurniannya (gram) agar kita mudah untuk membuat larutan standarnya (karena Kalium Iodida merupakan padatan). Cara menghitung zat murninya (gram), yaitu :
           BM KI = Ar K + Ar I = 166,01
           KI (gram) = 0,2 N x 166,01 x 100%  x 0,05 L = 1,668 gram
                                                 1 x 99,5%
2.         Karena Pb(NO3)2 juga merupakan padatan, maka kita harus menghitung zat murninya (gram), sebelum membuat larutannya. Dimana telah diketahui normalitas 0,2 N, persentase kemurnian 99,5% dan volumenya 0,05 Liter. Maka rumus yang digunakan sama seperti diatas yaitu dengan konsentrasi x normalitas.
        BM Pb(NO3)2 = Ar Pb + 2Ar N + 2Ar O = 331,21
Pb(NO3)2  (gram) = 0,2 N x 331,21 x 100%   x 0,05 L = 1,664 gram
                                                  2 x 99,5%
3.   Larutan HCl, berhubung karena HCl merupakan cairan, dan kita diminta untuk mengubahnya ke dalam gram dengan menggunakan larutan HCl dihitung dengan konsentrasi X Normalitas. Seperti pada percobaan, diketahui 0,1 N, persentase kemurnian 37%, dan volumenya 50 mL karena HCl merupakan cairan, jadi kita menggunakan mL bukan liter.
BM HCl = Ar H + Ar Cl = 36
HCl (gram) = 0,1 N x 1,19 x 100%   x 50 mL  = 0,44 mL
                             36 x 1 x 37%
   Ketiga larutan diatas hanya merupakan beberapa contoh dan itu merupakan percobaan yang telah kami uji.
Setelah kita memperoleh zat murninya (gram) maka barulah kita boleh membuat larutan standarnya. Yaitu dengan memasukkan HCl, Kalium Iodida (KI) dan Pb(NO3)2 yang telah ditimbang sesuai dengan yang kita hitung tadi ke dalam labu ukur. Kemudian menambahkan aquadest ke dalam labu ukur sampai pada volume tepat (garis tepat). Lalu larutan tersebut dikocok hingga tercampur sempurna. Maka terbentuk suatu larutan standar.

























BAB V
KESIMPULAN


           Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh yaitu :

1.      Untuk membuat larutan standar,maka terlebih dahulu kita menghitung zat murninya, misalnya dengan menggunakan konsentrasi x normalitas.
2.      Berhubung karena Kalium Iodida dan Pb(NO3)2 pada percobaan ini berbentuk padatan maka volume air yang digunakan dalam rumus konsentrasi x normalitas ialah 0,05 L, dengan rumusnya :
           zat murni (gram) = X normalitas   x      BM x 100 %     x volume
                                                                      valensi x puerity
3.      Sedangkan larutan HCl menggunakan rumus Normalitas dan massa jenis, serta membutuhkan 50 mL. Dengan rumus :
           zat murni = normalitas x ρ x 100 %    x volume
                              BM x Valensi x Puerity
4.      Untuk membuat larutan standar KI 0,2 N dengan kemurnian 99,5% dan volume 50 mL dibutuhkan 1,668 gram padatan KI di dalam aquades.
5.      Untuk membuat larutan standar Pb(NO3)2 dengan normalitas 0,2 N dan kemurnian 99,5% serta volume 50 mL maka dibutuhkan 1,664 gram padatan Pb(NO3)2 di dalam aquades.
6.      Untuk membuat larutan standar HCl 0,1 N dengan volume 50 mL, dan kemurnian 37% dibutuhkan 0,44 mL di dalam aquades.






DAFTAR PUSTAKA


Hiskia Achmad, Kimia larutan, Bandung : PT. Citra Aditia Bakti, 1996.

Mulyono HAM, Membuat Reagen Kimia, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.

Ratna, dkk.2013.Konsentrasi Larutan.

S.M. Kophar. Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta-UI-press,2008





















LAMPIRAN II
PERHITUNGAN


Membuat larutan standar KI, Pb(NO3)2, dan HCl.
1.            KI
Konsentrasi 0,2 N
Persentase kemurnian = 99,5 %
Volume = 0,05 L
           BM KI = Ar K + Ar I = 166,01
           KI (gram) = 0,2 N x 166,01 x 100%  x 0,05 L = 1,668 gram
                                                 1 x 99,5%
          
2.            Pb(NO)
Konsentrasi 0,2 N
Persentase kemurnian = 99,5 %
Volume = 0,05 L
        BM Pb(NO3)2 = Ar Pb + 2Ar N + 2Ar O = 331,21
Pb(NO3)2  (gram) = 0,2 N x 331,21 x 100%   x 0,05 L = 1,664 gram
                                                         2 x 99,5%
3.      HCl
Konsentrasi 0,1 N
Persentase kemurnian = 37 %
Volume = 50 mL
BM HCl = Ar H + Ar Cl = 36
HCl (gram) = 0,1 N x 1,19 x 100%   x 50 mL  = 0,44 mL
                             36 x 1 x 37%



LAMPIRAN III
JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN


1.      Buat perhitungan larutan standar dengan konsentrasi Molaritas dan molalitas !

Penyelesaian :

1.      Dik : KI ;   m = 1,668 gram
                  Mr = 166,01
                  V = 50 mL
         Pb(NO3)2 ; m = 1,664 gram
                           Mr = 331,21
                           V = 50 mL
Dit : M  dan m = …?

a. M KI = m/Mr   x   1000/v
               = 1,668/166,01  x  1000/50
               = 0,2 M

   m KI = mol terlarut x 1000/gram pelarut = 0,2 mol


b. M Pb(NO3)2  = m/Mr   x   1000/v
                           = 1,664/331,21   x   1000/50
                           = 0,1 M
      m Pb(NO3)2   = mol terlarut   x  1000/gram pelarut   = 0,1 m



  1. Sebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan !
Penyelesaian :  Faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan, yaitu :
a.             Sifat dari solute dan solvent
         Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misal : garam – garam anorganik larut dalam air. Solute yang non-polar larut dalam solvent yang non-polar pula. Misal : alkaloid basa larut dalam kloroform.
b.            Cosolvensi
         Adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misal : luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solution petit.
c.             Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut.
d.            Temperatur
Zat pada umumnya bertambah larut apabila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan endoterm, karena proses kelarutannya membutuhkan panas. Beberapa zat lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena menghasilkan panas.
e.             Salting Out
Adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar daripada zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuk endapan.
f.             Salting In
              Adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar.
g.            Pembentukan Kompleks
Adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
LAMPIRAN IV
Gambar Alat – alat



Gambar dan Nama Alat
clip_image015





Labu ukur
clip_image031.





Spatula
clip_image043




Kaca Arloji






Neraca Digital










1 komentar: