a.
Judul Praktikum :
Hukum – hukum dasar ilmu kimia
b.
Tanggal Praktikum :
04 April 2013
c. Tujuan Praktikum : Membuktikan beberapa
hukum dasar kimia, di antaranya hukum Lavoisier dan hukum Proust.
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul Hukum – hukum dasar ilmu kimia,
dengan tujuan untuk membuktikan
beberapa hukum dasar kimia, di antaranya hukum Lavoisier dan hukum Proust. Pada percobaan hukum Lavoiser dilakukan dengan mencampurkan larutan Pb(NO) dengan NaCl dan Pb(NO) dengan KI ke dalam
erlenmeyer, kemudian ditimbang massanya sebelum dan sesudah erlenmeyer tersebut
dimiringkan (tercampur). Sedangkan pada percobaan hukum Proust dilakukan
pencampuran serbuk belerang dengan serbuk besi lalu dipanaskan dan dipisahkan
dengan menggunakan magnet. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa massa Pb(NO)dengan NaCl sebelum dan sesudah dicampurkan adalah sama yaitu
162, 2 gram. Begitu pula dengan massa Pb(NO) dengan KI adalah sama
yaitu 162,67 gram. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa hukum Lavoiser benar adanya
dimana massa zat – zat setelah reaksi dan sebelum reaksi adalah sama. Sedangkan
pada hukum Proust menyatakan bahwa perbandingan unsur – unsur pada tiap – tiap
senyawa adalah selalu tetap, dan ini juga benar adanya bahwa perbandingan unsur
– unsur pada 2 gram serbuk belerang ditambah dengan 5 gram serbbuk besi adalah
tetap yaitu 2:5.
Kata Kunci : Hukum Lavoiser, Hukum Proust
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum
– hukum dasar ilmu kimia sangat penting di laboratorium, di pabrik, tetapi juga
tidak jarang di rumah dan untuk kebutuhan – kebutuhan lain. Hukum ini meliputi
misalnya: berapa massa zat – zat setelah reaksi dan sebelum reaksi. Apakah akan
selalu tetap atau berbeda? Dan apakah
perbandingan unsure – unsurnya akan selalu tetap?
Hukum
– hukum ini menyangkut reaksi – reaksi kimia dan ini yang menjadi sasaran utama
dalam penulisan ini. Perbandingan unsure – unsure semacam itu juga perlu dibahas karena
merupakan hal-hal yang kemudian dipakai dalam hitungan reaksi. Contoh lain
ialah perhitungan yang berkaitan dengan banyaknya gas – berapa mol gas terdapat
dalam gas dengan volume, tekanan dan suhu tertentu.
Ilmu kimia
mempelajari bangun (struktur) materi dan
perubahan-perubahan yang dialami
materi ini dalam proses alamiah maupun eksperimen yang direncanakan.seperti
dalam semua ilmu pengetahuan alam,orang terus menerus membuat pengamatan dan
mengumpulan fakta yang kemudian dicatat dengan cermat sampai dibuat kesimpulan.
Sebelum menarik kesimpulan ,data
hasil observasi yang banyak diringkas menjadi satu pernyataan singkat yang
disebut “hukum”. Hukum dan fakta dijelaskan
dengan bantuan hipotesis ataupun
suatu teori yang dirancang untuk
menyarankan mengapa atau bagaimana suatu
hal dapat terjadi.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk membuktikan beberapa hukum
dasar kimia, di antaranya hukum Lavoisier dan hukum Proust.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum
Lavoisier menyatakan bahwa massa zat – zat setelah reaksi akan persis sama
dengan massa zat – zat sebelum reaksi. Hukum Proust menyatakan bahwa
perbandingan unsur – unsur dalam tiap – tiap senyawa selalu tetap.
1.
Hukum Kekekalan Massa
Hukum kekekalan massa ditentukan oleh
Antonie Laurent Lavoisier (1743-1794) yang berbunyi : “Dalam suatu reaksi,
massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama, dengan kata lain massa tidak
dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, artinya selama reaksi terjadi
tidak ada atom – atom pereaksi dan hasil reaksi yang hilang.
(Widi, Prasetiawan : 2009)
a.
Hukum Kekekalan Massa-Lavoisier
Lavoisier mereaksikan
reaksi cairan merkuri dengan gas oksigen dalam suatu wadah di ruang tertutup
sehingga menghasilkan merkuri oksida yang berwarna merah. Apabila merkuri
oksida dipanaskan kembali, senyawa tersebut akan terurai menghasilkan cairan
merkuri dan gas oksigen dengan jumlah yang sama seperti semula.
Dengan bukti percobaan
Lavoisier ini, Lavoisier merumuskan suatu hukum dasar kimia, yaitu hukum
kekekalan massa yang menyatakan bahwa jumlah massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama.
Pernyataan yang umum
digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah dapat berubah bentuk
tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi
didalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa
produk. Hukum kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang – bidang
seperti : Teknik Kimia, Mekanika, dan
dinamika fluida.
b.
Hukum Kekekalan Massa dalam Kehidupan Sehari – hari
Hukum kekekalan massa
dapat terlihat pada reaksi pembentukan Hidrogen dan Oksigen dari air. Bila
Hidrogen dan Oksigen dibentuk dari 36 gram air, maka bila reaksi berlangsung
hingga seluruh air habis, akan diperoleh massa campuran Hidrogen, Oksigen dan
air yang tidak bereaksi tetap sebesar 36 gram. Begitu juga kalau kita membakar
kayu misalnya kayu korek api. Berlaku juga hukum kekekalan massa. Memang
setelah kayu terrbakar akan menjadi abu. Namun yang perlu Anda ketahui bahwa
selain abu, pada pembakaran kayu juga dihasilkan oksida karbon, asap dan uap air tidak tampak
oleh mata karena berwujud gas. Jika dihitung dan ditimbang ulang, maka :
Massa kayu + Massa Oksigen = Massa abu
Hukum kekekalan massa
memang benar, maka massa dari materi yang ada di dunia ini berarti tidak pernah
berubah. Kalau begitu, ketika makhluk hidup baik manusia, hewan dan tumbuhan,
setiap kali tumbuh menjadi besar. Berarti ada penambahan massa yang diambilkan
dari massa materi yang lain. Begitu juga setiap bayi yang lahir, berarti ada
energi dan massa di alam semesta ini yang beralih ke dalam diri bayi.
(Zul,
Alfian.2009)
2.
Hukum – hukum Dasar Ilmu Kimia dan Konsep Mol
a.
Hipotesis Avogadro
Mengapa
perbandingan volume gas – gas dalam suatu reaksi merupakan bilangan sederhana?
Banyak ahli termasuk Dalton dan Gay Lussac gagal menjelaskan hukum perbandingan
volume yang ditemukan oleh Gay Lussac. Ketidakmampuan Dalton karena ia
menganggap partikel unsure selalu berupa atom tunggal (Monoatomik). Pada tahun 1811, Amedeo
Avogadro menjelaskan percobaan Gay Lussac. Menurut Avogadro, partikel unsure
tidak selalu berupa atom tunggal (Monoatomik), tetapi berupa 2 atom (diatomik)
atau lebih (poliatomik). Avogadro menyebutkan partikel tersebut sebagai
molekul.
Gay Lussac : dua volume gas
Hidrogen + 1 volume gas Oksigen
2 volume uap air.
Avogadro : 2 molekul gas Hidrogen + 1
molekul gas oksigen 2 molekul
uap air.
Dari
sini Avogadro mengajukan hipotesisnya yang dikenal dengan “Hipotesis Avogadro”
yang berbunyi : “Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang
sama akan mengandung jumlah molekul yang sama pula. Jadi, perbandingan volume
gas – gas itu merupakan perbandingan jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi.”
b. Konsep Mol
Dalam kehidupan sehari – hari, kita
sering menggunakan satuan untuk menyebutkan bilangan yang besar untuk
mempermudah perhitungan. Sebagai contoh satuan lusin diguanakan untuk
menyebutkan benda yang jumlahnya 12 buah.
1 lusin = 12 buah
2 lusin = 24 buah
Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia
disebut mol. Satu mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah
partikel dengan 12 gram C-12, yaitu 6,02 x 10 partikel. Jumlah
partikel ini disebut sebagai bilangan Avogadro. Partikel zat dapat berupa atom,
molekul, atau ion.
(Martin S, Sielberg.2000)
Contoh :
1)
1 mol besi (Fe) mengandung 6,02 x 10 atom besi (partikel
unsur besi adalah atom).
2)
1 mol air (H2O) mengandung 6,02 x 10 molekul air (partikel
senyawa air adalah molekul).
3)
1 mol Na mengandung 6,02 x 10 ion Na (partikel ion Na adalah ion).
4)
5 mol CO2
mengandung 5 x 6,02 x 10 = 3,01 x 10 molekul CO2.
5)
0,2 mol Hidrogen mengandung 0,2 x 6,02 x 10 atom Hidrogen.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat – alat
1.
Erlenmeyer 250 mL 1 buah
2.
Sumbat karet 1 buah
3.
Tabung reaksi kecil 1 buah
4.
Tabung reaksi praktis 1 buah
5.
Magnet U/Magnet biasa 1 buah
6.
Cawan Porselin 1 buah
7.
Lampu spritus 1 buah
3.1.2
Bahan –
bahan
1.
Larutan KI, Pb(NO3)2
0,1 M 5 mL
2.
Serbuk besi dan serbuk belerang
3.
Larutan NaCl 0,5 M 5 mL
3.2 Cara Kerja
- Hukum Lavoisier :
- 5 mL larutan Pb(NO3)2 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil. Pada Erlenmeyer dimasukkan 10 mL larutan NaCl 0,1 M. Dimasukkan Pb(NO3)2 tersebut dengan hati – hati ke dalam Erlenmeyer tersebut. Lalu ditutup dengan sumbat karet.
- Ditimbang labu Erlenmeyer beserta isinya dan dicatat massanya.
- Dimiringkan labu Erlenmeyer sehingga kedua larutan tercampur dan bereaksi. Diamati perubahan yang terjadi.
- Ditimbang lagi labu Erlenmeyer dan isinya dan dicatat massanya.
- Diulangi cara kerja tersebut di atas dengan menggantikan larutan NaCl 0,5 M dengan larutan KI 0,1 M.
- Hukum Proust :
- Diambil serbuk belerang sebanyak 2 gram dan dimsukkan ke dalam cawan porselin, kemudian dimasukkan serbuk besi sebanyak 5 gram. Kemudian campuran itu diaduk sampai merata.
- Dipanaskan campuran tersebut dan diperhatikan apa yang terjadi. Dengan menggunakan magnet, diambil serbuk besi yang tidak bereaksi, ditimbang berat serbuk besi tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil
1.
Pada Hukum Lavoisier
Tabel
1 : Campuran Larutan Pb(NO3)2 + NaCl
Massa
|
Sebelum
dicampur (gr)
|
Sesudah
dicampur (gr)
|
162,2404
|
162,2319
|
Tabel
2 : Campuran Larutan Pb(NO3)2 + KI
Massa
|
Sebelum
dicampur (gr)
|
Sesudah dicampur
(gr)
|
162,6779
|
162,6724
|
2.
Pada Hukum Proust
2
gram serbuk belerang + 5 gram serbuk besi dicampurkan, maka unsur – unsur di dalam campuran tersebut adalah tetap.
Karena serbuk besi masih dapat dilihat dan dipisahkan dengan menggunakan
magnet, setelah ditimbang serbuk besi beratnya 0,8972 gram.
5.2
Pembahasan
Beberapa percobaan di atas merupakan
salah satu contoh hukum – hukum dasar ilmu kimia, yaitu hukum Lavoisier dan
hukum Proust. Dimana hukum Lavoisier menyatakan bahwa massa zat – zat sesudah
reaksi akan persis sama dengan massa zat – zat sebelum reaksi. Sedangkan hukum
Proust menyataka bahwa perbandingan unsur – unsur dalam tiap – tiap senyawa
selalu tetap.
Pada pencampuran larutan Pb(NO3)2 dengan larutan NaCl ke dalam Erlenmeyer menghasilkan
jumlah massa yang sama dengan sebelum dicampurkan. Begitu juga dengan
pencampuran larutan Pb(NO3)2 dengan larutan Kalium Iodida
(KI) menghasilkan jumlah yang sama dengan sebelum dicampurkan. Kedua hal ini
telah membuktikan bahwa hukum Lavoisier benar adanya, yaitu dengan hasil :
Pb(NO3)2 + NaCl = 162,2404 gr (sebelum)
Pb(NO3)2 + NaCl = 162,2319 gr (sesudah)
Pb(NO3)2 + KI = 162,6779 gr (sebelum)
Pb(NO3)2 + KI = 162,6724 gr (sesudah)
Berbeda pada hukum Proust, dimana
yang diperhatikan ialah unsur – unsur yang terkandung di dalamnya. Pengujiannya
telah terbukti bahwa ketika 2 gram serbuk belerang dan 5 gram serbuk besi
dicampurkan dan dipanaskan, maka unsur – unsur di dalam senyawa tersebut tetap,
apalagi ketika serbuk besi yang tidak bereaksi diambil dengan magnet. Itu
membuktikan bahwa unsur – unsur di dalamnya tetap. Jadi, perbandingan unsur
belerang dan serbuk besi akan tetap, yaitu 2 : 5.
BAB V
KESIMPULAN
Setelah
melakukan beberapa percobaan di atas mengenai hukum – hukum dasar ilmu kimia, di
antaranya hukum Lavoisier dan hukum Proust, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu :
1.
Hukum Lavoisier menyatakan bahwa jumlah massa zat – zat
sesudah reaksi akan persis sama dengan massa zat – zat sebelum reaksi.
Contoh
: a) Pb(NO3)2 + NaCl = 162,2404 gr
(sebelum)
Pb(NO3)2 + NaCl = 162,2319 gr
(sesudah)
-b) Pb(NO3)2
+ KI = 162,6779 gr (sebelum)
Pb(NO3)2 + KI = 162,6724 gr (sesudah)
2.
Hukum Proust menyatakan bahwa perbandingan unsur –
unsur dalam tiap – tiap senyawa selalu tetap.
Contoh : 2 gr serbuk
belerang + 5 gr serbuk besi, setelah dicampur dan dipanaskan, perbandingan
unsure – unsurnya tetap yaitu 2 : 5, walaupun massa masing – masing zat berbeda
sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Martin,S.2000.Silberbeg.USA
Widi
Prasetiawan.2009.Hukum Kekekalan Massa.Cerdas Pustaka
Zul
Alfian.2009.Kimia Dasar.USU-Medan
LAMPIRAN II
Jawaban Tugas dan Pertanyaan
1.
Berapa mol FeS yang terjadi pada percobaan di atas ?
2.
Berapa gram H2O yang diperoleh apabila 100 gr H2 dan 100 gr O2 dileatuskan hingga membentuk air dengan reaksi berikut :
2H2 + O2
2H2O
Penyelesaian :
1.
Dik : gr Fe = 5 gr
gr S = 2 gr
Dit : n FeS = …..?
Jawab :
Berat gram seluruhnya Fe + S = 5 + 2 =
7 gr
BM FeS = 88
N FeS = gram
BM
= 7/88 = 0,079 mol
2.
Dik : gr H2 = 100
gr O2 = 100
Dit : gr H2O = ….?
Jawab :
n H2 = gr/Mr = 100/2 = 50 mol
n O2 = gr/Mr
= 100/32 = 3,125 mol
n
H2O = 2/1 x 3,125 = 6,25
gr
H2O = n x Mr = 6,25 x 18 = 112,5 gram
LAMPIRAN III
Gambar Alat – alat
Gambar
dan Nama Alat
|
|
Tabung Reaksi Praktis dan kecil
|
.
Lampu Spritus
|
Erlenmeyer
|
Cawan Penguap
|
Karet Penghisap (Filler)
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar