Jumat, 26 Juli 2013

Hukum – hukum dasar ilmu kimia



a.       Judul Praktikum       :  Hukum – hukum dasar ilmu kimia
b.      Tanggal Praktikum   :  04 April 2013
c.   Tujuan Praktikum     : Membuktikan beberapa hukum dasar kimia, di antaranya hukum Lavoisier dan hukum Proust.






ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul Hukum – hukum dasar ilmu kimia, dengan tujuan untuk membuktikan beberapa hukum dasar kimia, di antaranya hukum Lavoisier dan hukum Proust. Pada percobaan hukum Lavoiser  dilakukan dengan mencampurkan larutan Pb(NO) dengan NaCl dan Pb(NO) dengan KI ke dalam erlenmeyer, kemudian ditimbang massanya sebelum dan sesudah erlenmeyer tersebut dimiringkan (tercampur). Sedangkan pada percobaan hukum Proust dilakukan pencampuran serbuk belerang dengan serbuk besi lalu dipanaskan dan dipisahkan dengan menggunakan magnet. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa massa Pb(NO)dengan NaCl sebelum dan sesudah dicampurkan adalah sama yaitu 162, 2 gram. Begitu pula dengan massa Pb(NO) dengan KI adalah sama yaitu 162,67 gram. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa hukum Lavoiser benar adanya dimana massa zat – zat setelah reaksi dan sebelum reaksi adalah sama. Sedangkan pada hukum Proust menyatakan bahwa perbandingan unsur – unsur pada tiap – tiap senyawa adalah selalu tetap, dan ini juga benar adanya bahwa perbandingan unsur – unsur pada 2 gram serbuk belerang ditambah dengan 5 gram serbbuk besi adalah tetap yaitu 2:5.
Kata Kunci : Hukum Lavoiser, Hukum Proust
BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Hukum – hukum dasar ilmu kimia sangat penting di laboratorium, di pabrik, tetapi juga tidak jarang di rumah dan untuk kebutuhan – kebutuhan lain. Hukum ini meliputi misalnya: berapa massa zat – zat setelah reaksi dan sebelum reaksi. Apakah akan selalu tetap atau berbeda?  Dan apakah perbandingan unsure – unsurnya akan selalu tetap?
Hukum – hukum ini menyangkut reaksi – reaksi kimia dan ini yang menjadi sasaran utama dalam penulisan ini. Perbandingan unsure – unsure  semacam itu juga perlu dibahas karena merupakan hal-hal yang kemudian dipakai dalam hitungan reaksi. Contoh lain ialah perhitungan yang berkaitan dengan banyaknya gas – berapa mol gas terdapat dalam gas dengan volume, tekanan dan suhu tertentu.
                        Ilmu kimia mempelajari  bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami  materi  ini dalam proses alamiah  maupun eksperimen yang direncanakan.seperti dalam semua ilmu pengetahuan alam,orang terus menerus membuat pengamatan dan mengumpulan fakta yang kemudian dicatat dengan cermat sampai dibuat kesimpulan.
            Sebelum menarik kesimpulan ,data hasil observasi yang banyak diringkas menjadi satu pernyataan singkat yang disebut “hukum”. Hukum dan fakta dijelaskan  dengan bantuan hipotesis  ataupun suatu teori  yang dirancang untuk menyarankan mengapa atau bagaimana  suatu hal dapat terjadi.

1.2      Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk membuktikan beberapa hukum dasar kimia, di antaranya hukum Lavoisier dan hukum Proust.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Hukum Lavoisier menyatakan bahwa massa zat – zat setelah reaksi akan persis sama dengan massa zat – zat sebelum reaksi. Hukum Proust menyatakan bahwa perbandingan unsur – unsur dalam tiap – tiap senyawa selalu tetap.

1.                  Hukum Kekekalan Massa
         Hukum kekekalan massa ditentukan oleh Antonie Laurent Lavoisier (1743-1794) yang berbunyi : “Dalam suatu reaksi, massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama, dengan kata lain massa tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, artinya selama reaksi terjadi tidak ada atom – atom pereaksi dan hasil reaksi yang hilang.
(Widi, Prasetiawan : 2009)

a.             Hukum Kekekalan Massa-Lavoisier
                        Lavoisier mereaksikan reaksi cairan merkuri dengan gas oksigen dalam suatu wadah di ruang tertutup sehingga menghasilkan merkuri oksida yang berwarna merah. Apabila merkuri oksida dipanaskan kembali, senyawa tersebut akan terurai menghasilkan cairan merkuri dan gas oksigen dengan jumlah yang sama seperti semula.
                        Dengan bukti percobaan Lavoisier ini, Lavoisier merumuskan suatu hukum dasar kimia, yaitu hukum kekekalan massa yang menyatakan bahwa jumlah massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.
                        Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi didalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk. Hukum kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang – bidang seperti  : Teknik Kimia, Mekanika, dan dinamika fluida.

b.            Hukum Kekekalan Massa dalam Kehidupan Sehari – hari
                        Hukum kekekalan massa dapat terlihat pada reaksi pembentukan Hidrogen dan Oksigen dari air. Bila Hidrogen dan Oksigen dibentuk dari 36 gram air, maka bila reaksi berlangsung hingga seluruh air habis, akan diperoleh massa campuran Hidrogen, Oksigen dan air yang tidak bereaksi tetap sebesar 36 gram. Begitu juga kalau kita membakar kayu misalnya kayu korek api. Berlaku juga hukum kekekalan massa. Memang setelah kayu terrbakar akan menjadi abu. Namun yang perlu Anda ketahui bahwa selain abu, pada pembakaran kayu juga dihasilkan  oksida karbon, asap dan uap air tidak tampak oleh mata karena berwujud gas. Jika dihitung dan ditimbang ulang, maka :
Massa kayu + Massa Oksigen = Massa abu
                        Hukum kekekalan massa memang benar, maka massa dari materi yang ada di dunia ini berarti tidak pernah berubah. Kalau begitu, ketika makhluk hidup baik manusia, hewan dan tumbuhan, setiap kali tumbuh menjadi besar. Berarti ada penambahan massa yang diambilkan dari massa materi yang lain. Begitu juga setiap bayi yang lahir, berarti ada energi dan massa di alam semesta ini yang beralih ke dalam diri bayi.
                        (Zul, Alfian.2009)



2.                  Hukum – hukum Dasar Ilmu Kimia dan Konsep Mol
  
a.       Hipotesis Avogadro
              
               Mengapa perbandingan volume gas – gas dalam suatu reaksi merupakan bilangan sederhana? Banyak ahli termasuk Dalton dan Gay Lussac gagal menjelaskan hukum perbandingan volume yang ditemukan oleh Gay Lussac. Ketidakmampuan Dalton karena ia menganggap partikel unsure selalu berupa atom tunggal  (Monoatomik). Pada tahun 1811, Amedeo Avogadro menjelaskan percobaan Gay Lussac. Menurut Avogadro, partikel unsure tidak selalu berupa atom tunggal (Monoatomik), tetapi berupa 2 atom (diatomik) atau lebih (poliatomik). Avogadro menyebutkan partikel tersebut sebagai molekul.
Gay Lussac : dua volume gas Hidrogen + 1 volume gas Oksigen           2 volume          uap air.
Avogadro : 2 molekul gas Hidrogen + 1 molekul gas oksigen            2 molekul uap air.
                                                  Dari sini Avogadro mengajukan hipotesisnya yang dikenal dengan “Hipotesis Avogadro” yang berbunyi : “Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang sama akan mengandung jumlah molekul yang sama pula. Jadi, perbandingan volume gas – gas itu merupakan perbandingan jumlah molekul  yang terlibat dalam reaksi.”

b. Konsep Mol

            Dalam kehidupan sehari – hari, kita sering menggunakan satuan untuk menyebutkan bilangan yang besar untuk mempermudah perhitungan. Sebagai contoh satuan lusin diguanakan untuk menyebutkan benda yang jumlahnya 12 buah.
            1 lusin = 12 buah
            2 lusin = 24 buah
            Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. Satu mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dengan 12 gram C-12, yaitu 6,02 x 10 partikel. Jumlah partikel ini disebut sebagai bilangan Avogadro. Partikel zat dapat berupa atom, molekul, atau ion.
(Martin S, Sielberg.2000)





Contoh :

1)      1 mol besi (Fe) mengandung 6,02 x 10 atom besi (partikel unsur besi adalah atom).
2)      1 mol air (H2O) mengandung 6,02 x 10 molekul air (partikel senyawa air adalah molekul).
3)      1 mol Na mengandung 6,02 x 10 ion Na (partikel ion Na adalah ion).
4)      5 mol CO2 mengandung 5 x 6,02 x 10 = 3,01 x 10 molekul CO2.
5)      0,2 mol Hidrogen mengandung 0,2 x 6,02 x 10 atom Hidrogen.




















BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM


3.1      Alat dan Bahan

3.1.1        Alat – alat

1.      Erlenmeyer 250 mL 1 buah
2.      Sumbat karet 1 buah
3.      Tabung reaksi kecil 1 buah
4.      Tabung reaksi praktis 1 buah
5.      Magnet U/Magnet biasa 1 buah
6.      Cawan Porselin 1 buah
7.      Lampu spritus 1 buah

3.1.2        Bahan – bahan

1.      Larutan KI, Pb(NO3)2 0,1 M 5 mL
2.      Serbuk besi dan serbuk belerang
3.      Larutan NaCl 0,5 M 5 mL

3.2      Cara Kerja

  1. Hukum Lavoisier :

  1. 5 mL larutan Pb(NO3)2 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil. Pada Erlenmeyer dimasukkan 10 mL larutan NaCl 0,1 M. Dimasukkan Pb(NO3)2 tersebut dengan hati – hati ke dalam Erlenmeyer tersebut. Lalu ditutup dengan sumbat karet.
  2.  Ditimbang labu Erlenmeyer beserta isinya dan dicatat massanya.
  3. Dimiringkan labu Erlenmeyer sehingga kedua larutan tercampur dan bereaksi. Diamati perubahan yang terjadi.
  4. Ditimbang lagi labu Erlenmeyer dan isinya dan dicatat massanya.
  5. Diulangi cara kerja tersebut di atas dengan menggantikan larutan NaCl 0,5 M dengan larutan KI 0,1 M.

  1. Hukum Proust :

  1. Diambil serbuk belerang sebanyak 2 gram dan dimsukkan ke dalam cawan porselin, kemudian dimasukkan serbuk besi sebanyak 5 gram. Kemudian campuran itu diaduk sampai merata.
  2. Dipanaskan campuran tersebut dan diperhatikan apa yang terjadi. Dengan menggunakan magnet, diambil serbuk besi yang tidak bereaksi, ditimbang berat serbuk besi tersebut.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1   Hasil

1.                  Pada Hukum Lavoisier

Tabel 1 : Campuran Larutan Pb(NO3)2 + NaCl

Massa
Sebelum dicampur (gr)
Sesudah dicampur (gr)
162,2404
162,2319


Tabel 2 : Campuran Larutan Pb(NO3)2 + KI

Massa
Sebelum dicampur (gr)
Sesudah dicampur (gr)
162,6779
162,6724


2.            Pada Hukum Proust

2 gram serbuk belerang + 5 gram serbuk besi dicampurkan, maka unsur – unsur  di dalam campuran tersebut adalah tetap. Karena serbuk besi masih dapat dilihat dan dipisahkan dengan menggunakan magnet, setelah ditimbang serbuk besi beratnya 0,8972 gram.




5.2        Pembahasan

            Beberapa percobaan di atas merupakan salah satu contoh hukum – hukum dasar ilmu kimia, yaitu hukum Lavoisier dan hukum Proust. Dimana hukum Lavoisier menyatakan bahwa massa zat – zat sesudah reaksi akan persis sama dengan massa zat – zat sebelum reaksi. Sedangkan hukum Proust menyataka bahwa perbandingan unsur – unsur dalam tiap – tiap senyawa selalu tetap.
            Pada pencampuran larutan Pb(NO3)2 dengan larutan NaCl ke dalam Erlenmeyer menghasilkan jumlah massa yang sama dengan sebelum dicampurkan. Begitu juga dengan pencampuran larutan Pb(NO3)2 dengan larutan Kalium Iodida (KI) menghasilkan jumlah yang sama dengan sebelum dicampurkan. Kedua hal ini telah membuktikan bahwa hukum Lavoisier benar adanya, yaitu dengan hasil :

Pb(NO3)2 + NaCl = 162,2404 gr (sebelum)
Pb(NO3)2 + NaCl = 162,2319 gr (sesudah)

Pb(NO3)2 + KI = 162,6779 gr (sebelum)
Pb(NO3)2 + KI = 162,6724 gr (sesudah)

            Berbeda pada hukum Proust, dimana yang diperhatikan ialah unsur – unsur yang terkandung di dalamnya. Pengujiannya telah terbukti bahwa ketika 2 gram serbuk belerang dan 5 gram serbuk besi dicampurkan dan dipanaskan, maka unsur – unsur di dalam senyawa tersebut tetap, apalagi ketika serbuk besi yang tidak bereaksi diambil dengan magnet. Itu membuktikan bahwa unsur – unsur di dalamnya tetap. Jadi, perbandingan unsur belerang dan serbuk besi akan tetap, yaitu 2 : 5.




BAB V
KESIMPULAN


         Setelah melakukan beberapa percobaan di atas mengenai hukum – hukum dasar ilmu kimia, di antaranya hukum Lavoisier dan hukum Proust, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1.                  Hukum Lavoisier menyatakan bahwa jumlah massa zat – zat sesudah reaksi akan persis sama dengan massa zat – zat sebelum reaksi.
Contoh : a) Pb(NO3)2 + NaCl = 162,2404 gr (sebelum)
Pb(NO3)2 + NaCl = 162,2319 gr (sesudah)

            -b) Pb(NO3)2 + KI = 162,6779 gr (sebelum)
Pb(NO3)2 + KI = 162,6724 gr (sesudah)

2.                        Hukum Proust menyatakan bahwa perbandingan unsur – unsur dalam tiap – tiap senyawa selalu tetap.
Contoh : 2 gr serbuk belerang + 5 gr serbuk besi, setelah dicampur dan dipanaskan, perbandingan unsure – unsurnya tetap yaitu 2 : 5, walaupun massa masing – masing zat berbeda sedikit.











DAFTAR PUSTAKA


Martin,S.2000.Silberbeg.USA

Widi Prasetiawan.2009.Hukum Kekekalan Massa.Cerdas Pustaka

Zul Alfian.2009.Kimia Dasar.USU-Medan























LAMPIRAN II
Jawaban Tugas dan Pertanyaan


1.            Berapa mol FeS yang terjadi pada percobaan di atas ?
2.            Berapa gram H2O yang diperoleh apabila 100 gr H2 dan 100 gr O2 dileatuskan hingga membentuk air dengan reaksi berikut :
                                                      2H2 + O2            2H2O

Penyelesaian :

1.            Dik : gr Fe = 5 gr
                  gr S = 2 gr
         Dit : n FeS = …..?
         Jawab :
         Berat gram seluruhnya Fe + S = 5 + 2 = 7 gr
         BM FeS = 88
         N FeS = gram
                        BM
                     = 7/88 = 0,079 mol

2.            Dik : gr H2 = 100
                  gr O2 = 100
         Dit : gr H2O = ….?
         Jawab :
                        n H2 = gr/Mr = 100/2 = 50 mol
                  n O2  = gr/Mr = 100/32 = 3,125 mol
n H2O = 2/1 x 3,125 = 6,25
gr H2O = n x Mr = 6,25 x 18 = 112,5 gram

LAMPIRAN III
Gambar Alat – alat


Gambar dan Nama Alat
 
Tabung Reaksi Praktis dan kecil
clip_image070.




Lampu Spritus
clip_image002



Erlenmeyer
clip_image063



Cawan Penguap
clip_image020



Karet Penghisap (Filler)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar